RSS Subscription

Subscribe via RSS reader:
Subscribe via Email Address:
 

Monday, June 17, 2013

Ada Pemanjat Pohon Kelapa di Skuat Tahiti

Ada Pemanjat Pohon Kelapa di Skuat Tahiti

Ada Pemanjat Pohon Kelapa di Skuat Tahiti

Belo Horizonte - Tahiti akan tampil di Piala Konfederasi dengan kekuatan yang sangat berbeda. Mereka membawa pemain-pemain amatir, yang salah satunya bahkan punya rutinitas memanjat pohon kelapa.

Kecuali Tahiti, semua tim di Piala Konfederasi 2013 membawa pemain-pemain profesional. Pemain-pemain itu bermain di klub-klub profesional yang berkompetisi di berbagai liga di seluruh dunia.

Tapi, Tahiti membawa pemain-pemain amatir, yang punya pekerjaan lain di luar bersepakbola. Jadi, bisa dibilang menjadi pesepakbola hanyalah pekerjaan part time bagi mereka.

Tengoklah Teheivarii Ludivion. Pemain berposisi bek ini memperkuat klub lokal Tahiti, Tefana. Di luar aktivitasnya sebagai pemain, Ludivion juga menjalani rutinitas sebagai seorang pemanjat.

Biasanya Ludivion bangun sebelum matahari terbit dan memanjat pohon kelapa atau mendaki gunung sampai sore. Dari situlah dia mendapatkan uang. Setelah melakukan aktivitas itu, barulah dia mengikuti latihan bersama klubnya.

Contoh lainnya adalah pemain berposisi gelandang, Ricky Aitamai. Kalau tidak sedang bersepakbola, Atamai menghabiskan waktunya untuk belajar keuangan. Dia sempat menunda ujian akhirnya demi berkonsentrasi ke sepakbola.

Rainui Aroita punya cerita berbeda lagi. Dia dianggap sebagai pemain terkuat di dalam skuat Tahiti. Selain bersepakbola, pemain berusia 19 tahun ini juga berlatih tinju dan Vaa'a, olahraga kano ala Tahiti.

Sementara itu, Samuel Hnanyine yang menempati posisi striker terlibat dalam jasa pengiriman. Barang yang dia kirim bermacam-macam, termasuk karung 50 kg berisi tepung.

"Dari 23 pemain yang kami miliki, ada sembilan pemain yang tidak bekerja, yang dalam prakteknya adalah pengangguran," jelas pelatih Tahiti, Eddy Etaeta, seperti dilansir situs resmi FIFA.

"Beberapa adalah tukang antar, beberapa guru olahraga, satu bekerja dalam bidang akuntansi, dan saya juga punya pemain yang menjadi pelatih olahraga," katanya.

Satu-satunya pemain profesional yang dibawa Tahiti ke Piala Konfederasi 2013 adalah Marama Vahirua. Vahirua, yang sudah berusia 33 tahun, sempat memperkuat beberapa klub Prancis sebelum pindah ke klub Yunani, Panthrakikos.

"Sebagian besar dari mereka hanya bermain untuk kesenangan. Sementara bagi saya, ini adalah pekerjaan," ujar Etaeta.

Tahiti lolos ke Piala Konfederasi setelah berhasil menjuarai Piala Oseania pada tahun lalu. Di final, mereka mengalahkan Kaledonia Baru 1-0.

"Ketika Australia pindah ke AFC, itu membuka pintu buat kami. Kalau mereka masih di Oseania, maka tak akan pernah sebuah negara yang terdiri dari pulau-pulau punya kesempatan untuk tampil di kompetisi internasional besar," ujar Etaeta.

"Hari ini, sebuah negara kecil di tengah Samudra Pasifik dengan populasi hanya 270.000 orang akan menuliskan namanya dalam sejarah sepakbola. Kami bangga merepresentasikan sepakbola amatir. Kami sering membicarakan soal bintang-bintang, seperti Andres Iniesta dan Xavi dari Spanyol, Luis Suarez dari Uruguay, Ikechukwu Uche dan Victor Moses dari Nigeria. Tapi, hari ini, bintangnya adalah Tahiti," katanya.

Kini, Tahiti akan mencoba membuat cerita di tengah kepungan negara-negara kuat sepakbola. Di ajang Piala Konfederasi 2013, mereka tergabung di Grup B bersama Spanyol, Nigeria, dan Uruguay.

"Kami tak akan memiliki senjata yang sama, baik secara teknik, taktik, dan fisik. Tapi, besok kami pasti akan punya hati dan itulah senjata kami -- hati dan semangat kami," tegas Etaeta.

Tahiti akan mengawali kiprahnya di Piala Konfederasi dengan melawan Nigeria di Belo Horizonte, Selasa (18/6/2013) dinihari WIB.
(dtc/mfi) Sumber: detiksport


Sekian: Ada Pemanjat Pohon Kelapa di Skuat Tahiti
Salam Hangat Beritasepakboladunia88.blogspot.com By Ardi

No comments:

Post a Comment